Halaman

Rabu, 20 Oktober 2010

SEJARAH DEKONSTRUKSI


Alun Munslow seorang guru besar sejarah dari universitas Staffordshire, dalam buku ini menjelaskan tentang sejarah postmodernisme. Dia menerangkan sejarah postmodernisme dengan memabuat para sejarawan memperbincangkan tentang pembahasan tersebut. Menurut para sejarawan pembahasan ini sangat kontroversi karena akan membuat perubahan dalam penelitian sejarah.
Buku yang dibuat oleh sejarawan Alun Munslow ini menceritakan tentang isu yang berkembang tentang post modernisme. Isu tersebut adalah dekonstruksi sejarah. Ada empat kunci disini, yaitu pertanyaan tentang epistimologi, fakta, teori sosial, dan naratif.
Dalam buku karya Alun Munslow tersebut menjelaskan tentang epistemology, fakta – fakta, teori social, dan naratif.  Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. (Wikipedia).  Anggapan sejarawan sejarah itu tidak epistemology.
Penulisan sejarah tidak akan pernah lepas dari naratif, hal yang sama pula pada sejarah dekonstruktif. Naratif berasal dari kata narasi yang memiliki makna pengisahan suatu cerita atau kejadian. Naratif adalah rangkaian kalimat yang bersifat narasi atau bersifat menguraikan (menjelaskan dsb, dalam makna lain naratif di katakan sebagai prosa yang subjeknya merupakan suatu rangkaian kejadian. (Wikipedia). Naratif dalam sejarah tidak hanya bercerita, melainkan juga dengan suatu analisis yang mendalam.
Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya. Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun. (Wikipedia). Tanpa fakta, sejarawan tidak mampu meneliti dan menulis  sejarah. Fakta menurut sejarah bersumber dari sumber – sumber sejarah. Dalam menganalisa fakta dipeerlukan sebuah kritik, ada kritik ekstren maupun interne. Kritik diperlukan untuk menguji suatu fakta atau memilah – milah atau dalam sejarah menguji otentitas dan kridibilitas suatu sumber.
Ilmu sejarah memerlukan ilmu social, tanpa ilmu social ilmu sejarah tidak bias berdiri sendiri ada suatu hal untuk mengkokhkan suatu peristiwa dengan penambahan ilmu – ilmu social.
            Jadi, bias dikatakan ilmu sejarah suatu ilmu yang sama dengan ilmu – ilmu yang lain. Yaitu telah dikembangkan dengan teori – teori yang ada dengan sealamiah mungkin dan seobjektif mungkin.

Menulis Kehidupan Sehari-hari Jakarta : Memikirkan kembali sejarah sosial Indonesia


           Sedikit sekali hal – hal yang membahas sejarah Jakarta, walaupun ada beberapa sejarah Jayakarta dan VOC yang berdiri di jakarta. Tetapi tidak ada satupun sumber tertulis (primer) yang ditulis pada saat itu, walaupun pemerintah kota Batavia saat itu sering turun kedaerah – daerah kota Jakarta namun, sepertinya tidak pernah mencatatkan atau memang sengaja disembunyikan. Walaupun sumber – sumber yang dianggap tidak objektif sekalipun banyak dijumpai, seperti puisi – puisi yang menceritakan kondisi sosial Jakarta, foto – foto, ataupun lukisan – lukisan tempo dulu yang menggambarkan kondisi sosial Jakarta saat itu. Ironisanya, di luar karya sastra seperti puisi, gambaran tentang masa lalu kehidupan sehari – hari masyarakat dan orang kebanyakan kota Jakarta lebih mudah ditemukan dalam kajian ilmiah yang dilakukan oleh para antropolog Indonesia atau ahli bahasa.
            Para peneliti sejarah menganggap data – data tersebut merupakan imajinatif ataupun subjektif. Namun jika dilihat lebih seksama data – data tersebut menunjukan kondisi sosial rakyat Jakarta yang saat itu tidak terekam oleh tulisan.
            Dalam foto tahun 1870-an menunjukan kondisi sosial Jakarta yang menunjukan penduduk yang tinggal tidak jauh dari benteng kota sekitar daerah Glodok misalnya, sehari – hari menggunakan kanal yang ada di sekitarnya atau Kali Krukut untuk mencuci pakaian, mandi, dan sekaligus sebagai jamban. Dan tidak mungkin juga untuk minum dan memasak air. Lukisan yang lebih awal tahun  1806 dan 1811 bahkan memperlihatkan lebih jelas lagi kegiatan sehari – hari penduduk di dalam dan disepanjang kanal di tempat yang sama tanpa membedakan etnisitas dan kelas sosial. Disana tidak hanya orang – orang pribumi, melainkan orang – orang Cina, Arab, ataupun Eropa (indis) yang melakukan hal yang sama.
            Kanal dan sungai sebagai benar- benar merupakan salah satu urat nadi kehidupan sehari – hari penduduk kota Jakarta pada waktu itu, sehingga merasa mereka tidak perlu memiliki sumur, kamar mandi, dan jamban sendiri di rumah masing – masing.
            Sejarah Sosial Indonesia merupakan sejarah yang pertama kali diluncurkan di Indonesia oleh seorang sejarawan Sartono Kartodirdjo. Beliau membuat tesis doktor yang berjudul Pemberontakan Petani Banten. Beliau memperkenalkan sebuah sejarah sosial yang masih baru di kalangan sejarah Indonesia yang pada saat itu penulisan sejarah masih memiliki filosofi pemikiran Indonesiasentris. Pemikiran beliau telah mengubah emikiran sejarawan dengan menyatakan bahwa sejarah Indonesia saat itu masih terlalu membanggakan Indonesia dengan nasionalismenya. Sehingga penulisan sejarah Indonesia saat itu masih sangat subjektif.
Menurut saya yang pertama yang ingin saya tanggapi adalah anggapan sumber – sumber yang seperti foto, lukisan, ataupun karya sastra merupakan sumber yang amat penting bagi penulisan sejarah walaupun hal tersebut tidak benar menurut teori sejarah yang masih dianggap saat ini masih benar.
Yang kedua masalah sejarah sosial Indonesia. Pada saat pasca kemerdekaan tema sejarah yang diusung adalah sejarah indonesiasentris yang isinya lebih menekankan nasionalisme. Hal itu disebabkan karena tekanan politik penguasa orde baru salah satunya.Adapun hal yang paling mendasar adalah disebabkan oleh kerancuan dan keterbatasan baik secara epistemologis maupun metodolgis. Jadi amat pentingnya sejarah sosial saat ini untuk mengembangkan sejarah yang saat ini dilupakan oleh para sejarawan maupun orang – orang umum. Sehingga dalam penulisan sejarah dari lokal ke arah nasional bisa lebih objektif.